Teruntuk kau...
Aku
terbaring di kamar kecilku. Semua yang kurasa adalah pengap, gelap, dan sesak.
Ini perihal 'kau' dan dia. Barangkali kau tak tahu bagaimana rasanya menunggu.
Jika ada yang bilang cinta harus dikatakan. Itu benar. Dan aku sudah
mengatakannya padamu. Kupikir kau penganut 'cinta dalam diam'. Maka tak apalah
hubungan kita tetap seperti ini asal kita selalu dekat.
Tapi
ternyata kau lebih rumit dari fisika. Yang kuharap hanyalah sederhana. Aku
bukan detektif hebat yang bisa membaca kode-kode cantik darimu. Aku juga bukan
superhero yang selalu hebat dalam hal mencintaimu. Bukan pula orang sakti yang kebal dari patah hati. Aku hanya orang biasa, yang dengannya aku mencintaimu. Semua
orang tahu itu, dan aku yakin kau juga.
Aku
masih ingat saat kau minta dibelikan ramen.
Dan akupun datang ke rumahmu dengan membawa ramen
kesukaanmu. Aku tidak bermaksud mengungkit-ungkit kejadian lalu. Tidak. Aku
hanya ingin bilang. Hal-hal seperti itulah yang bisa kulakukan untukmu. Aku
bukan pria romantis yang bisa setiap saat mengajakmu dinner di restoran mahal. Dengan puisi berbait-bait yang
membuatmu luluh. Aku bukan pria yang bisa selalu memberikan bunga mawar untuk
kau cium. Aku bukan orang yang bisa memberimu dunia dan segala yang ada. Aku hanya
pria biasa yang mencintaimu sepenuh hati.
Kau
kadang begitu manis padaku. Memberiku perhatian lebih, yang mungkin telah ku
salah artikan. Dan setiap hari aku berpikir kita selangkah lebih dekat. Meski
kenyataannya tidak.
Hari
ini jika kau barangkali bertanya-tanya mengapa aku menjauh. Ini sederhana.
Karena kau tak mencintaiku. Kemarin(entah kapan tepatnya) ada orang bilang padaku
bahwa kau juga tengah dekat dengan orang lain. Lebih dekat dari aku.
Aku
seperti orang yang kalap kala mendengarnya. Aku tenggelam dalam penantian
panjang tanpa ujung. Aku telah salah. Yang ku kejar ternyata bukan kau tapi
bayangmu. Dan untuk pertama kalinya, kau melukaiku begitu dalam. Entah kau
sadari atau tidak.
Pagi
itu saat bertemu denganmu. Aku mencoba untuk biasa saja. Seolah tak terjadi
apapun. Aku menahan segala yang ku rasa. Aku menahan diri untuk tidak bertanya padamu.
Sebab aku tahu, hal ini akan mengacaukan pikiranmu. Sungguh aku tak ingin kau
merasa terbebani. Hingga akhirnya aku memilih untuk menjaga jarak. Aku tak
kuasa menatap matamu. Aku tak sanggup melihat wajahmu. Biar. Biar aku saja yang
sakit. Kau jangan. Walau aku juga tahu, kau pasti bertanya-tanya mengapa
sikapku berubah.
Jika
kau berpikir aku marah. Iya aku marah. Lebih dari itu. Aku kecewa. Aku ingin
berteriak bilang padamu. Tuhan menciptakan mulut, untuk berekspresi menyatakan
apa yang hati kau rasakan. Lalu mengapa kau hanya diam saat ku bilang aku
mencintaimu. Kau pikir mudah bagiku untuk bilang begitu? Tidak. Sama sekali
tidak. Aku berpikir ratusan kali, menyakinkan diri ribuan kali. Aku butuh
segala keberanian yang kupunya untuk mendengar jawabanmu. Dan kau hanya diam.
Barangkali kau bingung memilih aku atau dia. Kau tahu lagu Iwan Fals? Aku hanya
akan bilang, "aku lelaki bukan tuk dipilih"
Maafkan
aku harus bilang begitu. Aku terlalu lelah untuk terus berpura-pura. Bahwa aku
sakit. Itu saja. Kuharap kau mengerti.
Aku
tahu kita hanyalah sepasang yang ditakdirkan bertemu namun bukan untuk bersatu.
Aku tahu kau pasti juga kesulitan. Aku tahu kau tidak sejahat itu. Aku tahu.
Kau pasti punya alasan luar biasa masuk akal, tentang mengapa kau berbohong dan
menyembunyikannya dariku. Anggap aku tahu. Tapi maaf. Aku tak bisa lagi seperti
dulu. Maafkan aku, karena aku membangun benteng jarak yang tak mungkin bisa kau
langgar.
Aku
tak akan lagi melihatmu seperti dulu. Aku tak akan berbicara padamu seperti
dulu. Aku butuh semua itu. Untuk bisa bertahan. Sebab mau bagaimanapun juga kau
tetap seorang wanita dimataku.
Pada
akhirnya kulampirkan surat pengunduran diri untuk mencintaimu. Bagiku tak akan adil
untukmu, jika aku pergi tanpa kata. Jika aku menjauh tanpa pamit. Ketahuilah
menjauh darimu bukan berarti aku tak lagi cinta. Tapi aku butuh itu untuk tetap
melanjutkan hidup. Salam dariku untuk dia yang lebih kau cintai. Semoga kalian
selalu bahagia. Terimakasih. Berkat kau aku belajar untuk merelakan seseorang.
Aku
Dana.
Orang
pernah begitu hebat dalam hal mencintaimu.
nb: tunggu surat balasannya dari Dini
nb: tunggu surat balasannya dari Dini
Komentar
Posting Komentar