Hai Dana. Sudah lama sejak kita pernah saling dekat. Aku telah membaca surat pengunduran diri darimu. Dan aku menerima semua itu. Meski dalam beberapa kalimat aku merasa terpojok. Merasa bahwa aku begitu jahat padamu. Merasa bahwa akulah tokoh antagonisnya di sini. Jujur saja aku menangis kala membaca surat itu. Kau benar. Aku mungkin tak peka. Bahwa kebohongan yang kupikir akan membuat semuanya baik-baik saja. Ternyata malah melukaimu begitu dalam. Aku tahu kau pria yang baik. Orang yang akan mengusahakan apapun untukku. Tapi kau perlu tahu satu hal. Tak mudah bagiku untuk menentukan pilihan. Tak mudah bagiku untuk kemudian berpaling darimu. Jika kau tanya apakah aku pernah merasa mencintaimu sekali saja? Wanita mana yang tak luluh hatinya jika mendapatkan perhatian sedemikian rupa darimu. Jika kau pikir perhatian manis dariku itu hanya dusta. Kau salah, ada masa ketika sebenarnya perasaanmu kubalas. Meski kau mungkin tak tahu. Wanita tidak bisa sama seperti pria, Dana. Merek...
Tidak suka basa-basi. Huruf demi huruf yang tertera di laman ini sudah mati. Terpatri. Jangan sekadar di baca.