Saya heran pada diri sendiri, saya ini wanita tapi sulit sekali mengeluarkan air mata alias menangis. Orang bilang wanita itu dapurnya air mata, cengeng, gampang sekali meneteskan air mata. Tapi kok saya tidak. Saya masih ingat sekali, dulu saat anak lain dengan mudah menangis karena jatuh dari sepeda, atau karena kalah dalam permainan, saya tidak bisa menangis karena hal-hal itu. Mungkin alasannya karena ketika saya jatuh anak lain yang bersama saya akan tertawa, dan saya paling benci hal itu. Bagi saya itu penghinaan. Iya saya kecil dulu sudah berpikir begitu. Maka dari itu saya memilih untuk tidak menangis. Menangis adalah sebuah kecerobohan dalam berekspresi. Sepanjang ingatan saya — setelah saya tahu bahwa emosi harus dikendalikan, saya hanya pernah menangis di depan orang lain ketika saya jatuh dari sepeda sewaktu saya kecil dimana bibir saya sobek dan kaki saya tersangkut di ruji sepeda. Ketika ayah saya menasihati saya sewaktu SMP karena nilai saya anjlok--yang ini ...
Tidak suka basa-basi. Huruf demi huruf yang tertera di laman ini sudah mati. Terpatri. Jangan sekadar di baca.