Memulai sesuatu atas keinginan dan kesadaran pribadi itu menyenangkan. Rasanya seperti menabung kebaikan untuk diri sendiri. Setiap permulaan itu punya debarannya tersendiri. Debaran antara antusiasme, kekhawatiran, keragu-raguan dan segala macam perasaan yang mungkin muncul.
Yah, mirip-miriplah dengan pertemuan pertama dengan si doi. Antusiasme dan gairahnya masih berkobar di awal-awal. Setelah berani mengumpulkan keberanian untuk nggeyel dari rasa malas, tantangan kedua adalah menjaga konsistensi.
Pheuww, di tengah gempuran berbagai teknologi yang membuat kebanyakan dari kita mudah mengakses sarana hiburan mulai dari game mobile, nonton film, sampai scrolling media sosial, rasa-rasanya menjaga konsistensi sama susahnya dengan menjaga kobaran api di tengah hujan (anggap saja begitu).
Ketika niat awalnya pegang hp untuk baca buku di Ipusnas, misalnya, notifikasi-notifikasi bermunculan seolah menggoda "yuk liat ini dulu sambil rehat sebentar,". Diriku yang tergoda membenarkan ajakan itu dengan, "okai 5 menit aja". Lalu lima menit berjalan jadi satu jam. Yahhh, begitulah hidup banyak godaannya.
Tapi, tidak apa-apa.
Hari-hari awal harus dirayakan dengan rasa syukur atas pencapaian-pencapain kecil. Seperti, berhasil olahraga 15 menit, berhasil makan setidaknya tiga kali sehari, berhasil merencanakan list to do esok hari, berhasil mandi pagi (padahal biasanya alergi air, wkwk), berhasil baca buku teori (meskipun tetep aja ga paham), dan banyak hal-hal kecil lainnya yang patut dirayakan karena kembali dilakukan.
Yap, hal-hal kecil itu dulunya adalah rutinitas biasa sebelum pandemi menyerang. Sebelum semakin malu-malu-in karena banyaknya aib yang tidak sengaja terekspos, bukanjantan pamit ke toilet dulu.
Dijepret pada 26 September 2021, Klinik Asy-syifa |
Bye-bye!
#2
Komentar
Posting Komentar