Lama tak bersua. Postingan terakhir blog ini adalah cerpen berjudul Uret yang terpaksa kutulis karena kebutuhan tugas. Daaan setelahnya ada rehat panjang. Kurasa terlalu lama berada dirumah bisa bahaya. Selain jadi sering rebahan, rasa-rasanya aku jadi kehilangan harapan buat masa depan. Setelah tak bayang-bayangkan lagi, masa depanku kok gelap sekali wkwkwk.
Kemarin-kemarin kepalaku dipenuhi awan mendung yang hitam sekali, banyak petirnya tapi tak hujan-hujan. Ya kan mendung belum pasti hujan. Tapi hari ini, hujan harus turun meskipun enggan, biar pikiranku jadi sedikit terang.
Sejak menjalani kehidupan kampus, realita tentang dunia kerja dan cita-cita yang sebelumnya ku cita-citakan jadi semakin jelas. Seperti mata kita yang hanya bisa fokus pada satu objek, begitu pula pikiranku tentang realita dan cita-cita. Realitas tentang gambaran persaingan dan kesulitan yang akan kualami nantinya setelah lulus kuliah menjadi semakin jelas, bahkan hingga ke detail terkecil sekalipun. Bersamaan dengan itu, cita-cita yang kutaruh sejengkal dari dahi, tiba-tiba jadi blur. Rasa-rasanya aku jadi terlalu kecil dan tidak siap memasuki dunia yang begitu besar.
Lalu mimpi-mimpi itu kubuang. Biar lega sedikit. Kuselingi dengan menonton drama Korea yang sedang hits, menonton variety show yang bikin terbahak-bahak, menikmati kesenangan berselancar di internet. Niatnya untuk melepas penat dari segala tuntutan kehidupan nyata. Tapi pandemi membuat rutinitas yang awalnya hanya untuk melepas penat itu jadi kebablasan.
Kalau dipikir-pikir lagi rasanya mustahil sekali untuk mewujudkan mimpi hidup mapan tanpa beban pikiran. Dan kalau diingat-ingat lagi, mimpiku sebenarnya tidak jelas. Hal itu menjadi semakin tidak jelas karena aku tidak benar-benar tahu apa yang harus dilakukan untuk bisa sampai padanya. Di tengah semua kebingungan itu, waktu terus berputar. Dan menghirup napas rasanya jadi sulit sekali. Setiap waktu terbuang dan aku tidak punya jam terbang untuk menghidupi mimpi.
Aku menanti waktu, kapan ya saat yang tepat untuk bangkit lagi dan memulai segala yang pernah kutinggalkan. Tapi waktu tidak punya mulut, jadi ia tidak bisa menjawab. Akulah yang punya mulut disertai dengan ego untuk nggeyel dari kemalasan.
Jadi, daripada buang-buang waktu lagi. Yuk, wahai diriku mari kita mulai dari hari ini. Semuanya yang semula hanya ada diangan-anganmu itu mari kita wujudkan hari ini. Satu persatu. Tidak ada perlombaan, kita tidak sedang bersaing dengan siapapun, tidak juga dengan waktu. Mari kita mulai saja tanpa babibu. LEGOOO!!!
#1
Semangat buat kita yang sedang berjuang, berjuang dalam ributnya isi kepala yang tak juga mereda..
BalasHapusMungkin menyemangati satu sama lain ngga cukup.
Tapi, pasti akan ada masa dimana semua itu terbalas
Fighting 💪🏻💪🏻💪🏻